Profilku

Jumat, 29 April 2011



Wabah Ulat Bulu di Probolinggo - Ribuan ulat bulu serang Probolinggo, Jawa Timur, bahkan sampai sekitar 10 desa di  yang mendapatkan serangan dari ulat bulu ini. Ulat-ulat bulu ini yang turun dari pohon karena dedaunan sudah habis dan akhirnya menyerbu ke rumah-rumah warga. Warga merasa sangat cemas akan wabah ulat bulu di Probolinggo yang menyerang desa mereka.



Sudah banyak warga yang menjadi korban ulat-ulat bulu ini,Terlebih pohon mangga yang telah menjadi trademark probolinggo dimata dunia selama ini.

Senin, 25 April 2011

Glitter Words

Glitter Photos



Pada awalnya smp 9 ini banyak mengalami beberapa perubahan. Pertama berdirinya nama Sekolah Teknik Negeri 1 yang didirikan pada tahun 1928,sekitar zaman Sumpah Pemuda. Sebuah instansi sekolah resmi pastinya memiliki kepala sekolah pada saat itu kepada sekolahnya yang berkebangsaan Belanda. Sekolah teknik negeri 1 yang sering dikenal dengan ST ini merupakan sekolah yang dibangun oleh bangsa Belanda pada zaman pemerintahan Belanda. Gedung yang sangat luar biasa, kita lihat bangunan sekolah kita beda dengan bangunan sekolah yang lain. Bangunan di sekolah ini didominasi gedung yang tinggi inilah yang menjadi ciri khas bangunan Belanda, selain itu juga bangunan ini sangat kuat, bayangkan saja mulai tahun 1928 sekolah ini berdiri dan sampai saat ini masih kokoh berdiri. Pada tahun 1986 kepala sekolah pun berganti bapak Arbanun namun sebelumnya kepala sekolah STN 1 sudah beberapa kali berganti dan orangnya pun berkebangsaan Belanda. Pada tahun 1995 untuk yang kedua kalinya nama Sekolah Teknik Negeri 1 (STN 1) pun dirubah lagi menjadi Sekolah Menengah Pertama ketrampilan (SMPK) yang dikepalai oleh bapak Wasito Djineri. Sekolah ini dirubah karena pemerintah pusat menginginkan untuk dirubah menjadi SMPK di sekolah ini banyak orang yang masuk untuk mengasah ketrampilannya.
Pada saat sekolah ini masih STNI sekolah ini dapat dikatakan berhasil karena alumni dari STM telah menjadi pemimpin kita di kota Probolinggo yang hijau ini.



Glitter Photos
Pengembangan Pariwisata Daerah dilaksanakan sejalan dengan upaya memupuk rasa Cinta Tanah Air serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur Budaya Daerah dalam rangka lebih memperkukuh Persatuan dan Kesatuan masayarakat di Daerah terutama dalam bentuk menggalakkan Pariwisata bagi masyarakat Kota Probolinggo dengan lebih meningkatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan.

Daya tarik Kota Probolinggo sebagai tujuan wisata local maupun mancanegaara perlu ditingkatkan melalui upaya pemeliharaan Seni dan Budaya Traditional, pemeliharaan benda-benda dan khazanah bersejarah yang menggambarkan ketinggian Budaya dan kebesaran masayarakat Daerah serta didukung dengan promosi yang memikat sebagai salah satu upaya pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata serta kegiatan promosi dan pemasarannya baik di dalam maupun luar Daerah, sekaligus menarik minat wisatawan local dan mancanegara maka Pemerintah Kota Probolinggo bersama KOPARA ( Komunitas Pariwisata) meluncurkan satu event Wisata dengan tema “ Semipro “ ( Seminggu di Kota Probolinggo ), yang akan menampilkan produk unggulan khususnya Kesenian dan Budaya khas Kota Probolinggo yang menjadi motivasi para Putra Daerah untuk mengembangkan potensi Pariwisata kota kesadaran dan peran aktif semua pihak dalam mendukung suksesnya kegiatan SEMIPRO 2010 ini sangat di harapkan.






BANGER dan PROBOLINGGO

Pada zaman Pemerintahan Prabu Sri Nata Hayam Wuruk raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “ Banger “, nama sungai yang mengalir ditengah daerah Banger ini.



Sejalan dengan perkembangan Politik kenegaraan/kekuasaan di Zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger Juga mengalami perubahan-perubahan/perkembangan seirama dengan perkembangan Zaman. Pada saat Minakjinggo, Raja Blambangan berkuasa, banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan dikuasai pula oleh Minakjinggo.


Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Blambangan dan Majapahit yang dikenal dengan “ Perang Paregreg “.Adapun Nama Banger ini diberikan karena airnya berbau amis/Banger karena darah Menak Jinggo yang dipenggal kepalanya oleh Raden Damarwulan.


Banger, pada masa Pemerintah VOC tahun 1746 mengangkat Kyai Djoyolelono sebagai Bupati Pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung.